Insight

Barasuara Merilis Album Ketiga: 'Jalaran Sadrah', Api dalam Gelap yang Menyala Terang

  • Administrator
  • Kamis, 27 Juni 2024
Barasuara Merilis Album Ketiga: 'Jalaran Sadrah', Api dalam Gelap yang Menyala Terang

Barasuara, band asal Jakarta yang telah dikenal dengan eksplorasi musikal yang mendalam, merilis album ketiga mereka yang dinantikan, 'Jalaran Sadrah'. Album ini menjadi tonggak penting bagi mereka, karena tidak hanya menandai perjalanan musikal mereka yang matang, tetapi juga sebagai manifestasi dari perjuangan dan keteguhan dalam menghadapi tantangan.

Karya Terang dari Kegelapan

"Dari dalam gelap kadang lahirlah sesuatu yang terang, dan itulah yang dialami Barasuara di album ketiganya," kata vokalis dan gitaris Iga Massardi. Album ini secara eksklusif dirilis oleh Barasuara melalui Hu Shah Records ke platform-platform musik digital. Menyajikan sembilan karya baru, termasuk tiga lagu yang sebelumnya telah dirilis sebagai single, seperti 'Terbuang dalam Waktu', 'Merayakan Fana', dan 'Fatalis' yang telah memenangkan AMI Awards 2023.

Proses Pembuatan yang Menantang

Proses pembuatan 'alaran Sadrah' dimulai sejak Januari 2021, di tengah kondisi tanpa manajer dan perusahaan rekaman, serta dihantui oleh pandemi yang melanda. Keenam anggota Barasuara menghabiskan waktu seminggu di sebuah vila di Puncak, Bogor untuk menyatukan visi mereka dan menulis lagu baru. Proses kreatif berlanjut hingga awal 2024 di berbagai studio di Jakarta, yang melibatkan pengembangan aransemen dan rekaman yang intens.

Ekspresi dalam Kegelapan dan Terang

Lirik-lirik dalam 'Jalaran Sadrah' mencerminkan pengalaman pahit yang dialami Barasuara selama beberapa tahun terakhir. Lagu-lagu seperti 'Fatalis' mengkritik disinformasi di masa pandemi, sementara 'Habis Terang' menanggapi konflik-konflik global yang memilukan. Tema kematian, kehidupan, dan cinta menjadi pusat dari album ini, dengan setiap lagu memberikan sudut pandang yang berbeda.

Kolaborasi dan Eksplorasi Baru

Album ini juga menandai inklusi elemen-elemen baru yang menarik, termasuk aransemen orkestra yang disusun oleh Erwin Gutawa untuk beberapa lagu, serta kontribusi Sujiwo Tejo dengan lirik berbahasa Jawa untuk lagu 'Biyang'. Variasi penciptaan lagu dan kolaborasi antar anggota band menunjukkan kedewasaan artistik yang telah mereka bangun selama lebih dari satu dekade.

Makna dan Harapan

'Jalaran Sadrah' bukan hanya sekadar album, tetapi sebuah persembahan dari Barasuara kepada pendengar mereka. Album ini mencerminkan keteguhan mereka dalam menghadapi badai, dan merupakan bukti bahwa semangat mereka masih menyala terang. Meskipun terinspirasi dari masa-masa sulit, album ini juga menawarkan kelegaan dan kepuasan bagi mereka yang mendengarkannya.

Dengan rilis 'Jalaran Sadrah', Barasuara tidak hanya mempertegas eksistensinya sebagai salah satu band paling berpengaruh dari Indonesia, tetapi juga menghadirkan karya yang memiliki relevansi dan daya tarik universal bagi pendengar di seluruh dunia.

Tinggalkan Komentar

Kirim Komentar